Wednesday, May 6, 2015

Gumoh

Saya baru ngeh kosakata ini waktu ngunjungin kolega yang melahirkan sekitar empat tahun yang lalu.

Waktu itu pagi-pagi, saya dateng ke rumahnya membawa hadiah, dan bayi itu baru berumur sekitar delapan hari.

"Tunggu sebentar ya, Vick, aku mau nyusuin anakku dulu," kata kolega saya.

"Oke!" Saya langsung kepo. "Eh, Lex, aku boleh liat kamu nyusuin?"

"Boleeh!"

Saya kirain dia akan melakukan aksi aneh itu, mengangkat dasternya dan memperlihatkan asetnya yang segede buah semangka, lalu menyusuin anaknya. Saya, cewek yang waktu itu belom pernah tahu rasanya hamil apalagi melahirkan, sangat excited kalau lihat ibu menyusui karena itu proses yang belum pernah saya lihat.

Tapi temen saya malah ngeluarin..botol dot.

"Kamu nggak kasih ASI?" Saya kecewa.


"ASI-ku nggak keluar," sahutnya sedih. Lalu menyelipkan dot botolnya ke mulut si bayi. Dan si bayi pun mengenyot dengan tenang.

Bayi itu nggak lama ngedotnya, nggak sampai 15 menit. Ditunggu sebentar setelah dotnya diambil, lalu terjadilah peristiwa itu, tahu-tahu ada air putih meler keluar dari mulutnya.

"Ah ya, ayo sini, Nak!" Kolega saya langsung menggendong anaknya dan menepuk-nepuk punggung anak itu. Si anak terbatuk-batuk seperti keselek.

"Dia kenapa?" tanya saya cemas.

"Oh, itu namanya gumoh. Selalu gini kalau habis dikasih minum susu. Makanya habis diminumin, dia harus digendong, supaya minumannya yang kelebihan itu bisa dikeluarin," kata kolega saya.

Oh, kalau di fisika mungkin ini seperti prinsip bejana berhubungan, pikir saya mengerti. Menyeimbangkan posisi lambung supaya air di dalam bisa keluar melalui saluran yang ada.

Yang lucu, "Aku baru tau gini-ginian ini setelah melahirkan," kata kolega saya tersipu. "Pertama kali dia gumoh, aku panik. Sekarang sih sudah enggak."

***

Suatu hari seorang kawan cerita. Dia baru melahirkan pagi-pagi. Bayi itu dibawa ke kamarnya kira-kira sorenya, oleh seorang suster berseragam pink. Ceritanya kawan saya kepingin belajar nggendong bayi. Dan mungkin..berharap bisa belajar menyusui.

"ASI-ku belom keluar, tapi setidaknya aku kepingin belajar nggendong dia," kata kawan saya.
Maka digendonglah bayi itu olehnya. Saat dia mencoba mengayunkannya sedikit, terjadilah itu. Si bayi gumoh. Cairan kental warna putih mengalir dari mulutnya.

"Untung ada mamaku di situ, jadi mamaku langsung mengambil anakku dan nepuk-nepuk punggungnya," cerita kawan saya. Tapi saat itu kawan saya malah kebingungan. "Itu cairan putih keluar dari mana? Aku kan belom netekin dia, kan ASI-ku belom keluar. Siapa yang kasih dia susu??"

Gusar, kejadian itu diceritakan ke "kolega-kolega" lain sesama ibu hamil dan menyusuin. Akhirnya diperoleh informasi kalau di rumah bersalin tempatnya melahirkan itu, bayinya sering dicekokin susu kaleng di dalam kamar bayi.

Info itu membuat marah ibu-ibu muda dan rumah bersalin itu di-blacklist.

"Kalau memang kudu disusuin, ngapain dikasih susu kaleng sih? Bawa aja ke kamar emaknya biar dikasih ASI, gitu aja kok repot?" tukas mereka gusar.

"Mungkin mereka pikir, toh ASI emaknya belom keluar, ngapain juga dibawa ke kamar emaknya?" Argumen para pembela dokter-suster-pecinta-susu-formula.

"Omong kosong," kata para ibu muda. "Anak bayi yang baru berumur 24 jam itu, lambungnya baru berkapasitas 5 mililiter. Nggak dikasih susu apapun ya nggak pa-pa. Ngapain dikasih susu kaleng??"
Jemaah, jika Anda sulit membayangkan kapasitas 5 mililiter itu sebanyak apa, ambillah sebuah sendok teh. Yupz, 5 ml itu cuman segitu.

"Oh, kalian tidak mengerti! Di dunia ini ada yang butuh makan, butuh iPad baru, butuh liburan ke Singapore! Siapa lagi yang bisa kasih itu semua kalau bukan detailer susu formula? Perkara bayi baru lahir langsung gumoh setelah dikasih susu, itu kan derita bayinya!"

*langsung para wanita pengusaha distributor Apple dan pengusaha travel biro mengacungkan tangan*

***

Moral of the story:
Gumoh itu fenomena normal. Itu mekanisme spontan bayi untuk mengeluarkan minuman yang terlalu banyak jika lambungnya masih terlalu kecil. Seiring dengan semakin nambah umur si bayi, lambungnya juga makin luas, dan gumohnya akan hilang.

Gumoh terjadi karena si bayi baru minum, entah karena minumnya susu kaleng atau karena minumnya ASI.

Ibu-ibu yang melahirkan di masa kini, semakin rajinnya belajar parenting, semakin ogah kasih bayi-bayinya susu kaleng. Dokter anak yang kasih saran ASI lebih disukai daripada dokter anak yang kasih saran susu kaleng. Dan itu membuat para SPG susu kaleng terpaksa cari alternatif pekerjaan lain.

Rumah-rumah sakit yang melayani persalinan sebaiknya lebih waspada. Kalau mau kasih susu kaleng secara diam-diam ke bayi-bayi di kamar perinatologi, jangan sampai ketahuan orangtuanya. Mulut emak-emak yang baru melahirkan itu tajam-tajam, mereka bisa menyanyi ke ibu-ibu lain dan mengatakan bahwa "rumah sakit ini tidak sayang ibu apalagi sayang bayi".
http://georgetterox.blogspot.com
http://laurentina.wordpress.com