Thursday, July 30, 2015

Apron Menghindari Porn

Selamat hari menyusui!

Tanggal ini rupanya dirayain sebagai hari menyusui, dan kawan-kawan dari Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (sumpah, perhimpunan ini betul-betul ada, bukan LSM bikin-bikinan) bikin tema Hari Menyusui hari ini berupa Menyusui Sambil Bekerja. Mereka bikin macem-macem kampanye buat menyemangatin para mommies kantoran, supaya tetap nyusuin para bayi mereka biarpun mereka harus berkutetan di balik kubikel masing-masing. Saya bukan anggota resmi AIMI, biarpun saya juga seorang mommy dan saya juga netekin bayi, tapi boleh dong acara blogging saya hari ini ngoceh tentang tema yang sama.

Salah satu barang yang saya nggak boleh lupa bawa jika saya keluar rumah, sekarang adalah apron. Kalau Jemaah nggak ngerti, biarlah saya jelaskan bahwa apron ini adalah semacam kain penutup. Fungsinya nutupin payudara kalau-kalau anak saya mendadak minta nyusu, sedangkan saya nggak nemu ruangan tertutup untuk itu. Coba bayangin kalau saya lagi dugem di restoran, lalu tahu-tahu Fidel kepingin nyusu saat itu juga, sungguh nggak fleksibel kalau saya harus buru-buru pulang hanya demi nyusuin Fidel. Dan nggak mungkin saya menggedor pelayan restoran dan nanya, "Permisi, boleh saya pinjem kamar karyawannya? Saya mau nyusuin anak." Oh ya, saya nggak nyusuin anak di toilet. Jadi mari kita berterima kasih kepada teknologi bernama apron menyusui.



Semenjak saya melahirkan, praktis saya udah punya apron sebanyak tiga biji. Satu beli sendiri, dua lainnya dikadoin sodara. Dua biji ukuran kecil, satu lagi ukuran cukup lebar. Bahannya juga beda-beda, ada yang bahannya panas, dan ada juga yang adem.

BAHAN
Kalo ada temen nanya, saya mesti beli apron menyusui kayak gimana? Nasehat saya, usahakan tahu bahannya si apron sebelum beli. Kalau bisa bahan apron itu yang menyerap keringat supaya bayi kita betah nyusu di dalam apron itu. Saya punya temen yang sampek nggak berani keluar rumah bareng anaknya karena anaknya nggak betah nyusu di dalam apron karena kesumukan. Kesiyan.

MOTIF
Sekarang ini banyak banget dijual apron dengan motif yang unyu-unyu. Ada apron yang gambarnya khewan-khewan, ada yang gambar kembang-kembang, matahari-bintang, dan lain-lain. Ya namanya juga peralatan bayi ya, pasti gambarnya lucu-lucu. Tapi menurut saya, selucu apapun gambarnya apron, tetep aja si bayi nggak ngerti. Nyusuin itu sampek dua tahun doang, dan sampek umur segitu bayi belum akan ngerti apakah itu gambar bunga matahari atau memang matahari sungguhan. Bahkan kalau pun dia sudah ngerti gambar pun, dia nyusu nggak akan sambil lihat apronnya, betul nggak? :p

Obyek apron yang lebih signifikan sebetulnya itu adalah ibu pemakai apron itu sendiri. Coba bayangin kalau ibu ini bekerja di kantor dan dia adalah seorang CEO yang lagi memimpin sebuah rapat. Rapatnya panjang banget dan di tengah rapat itu adalah jadwalnya memerah ASI. Karena dia orang penting yang nggak bisa meninggalkan rapat sebentar aja, maka dia memerah sambil pakai apron di ruang rapat di hadapan pegawai-pegawainya (ini sudah sering terjadi lho sekarang). Mana yang lebih mendingan, dia pakai apron warna polos atau pakai apron motif gambar bebek?

FUNGSI
Nilai plus dari suatu apron adalah selain buat nutupin kegiatan menyusui, juga apron ini bisa berfungsi sebagai alat fashion pula. Kalau Jemaah punya waktu senggang dan kepingin apron menyusui, coba cari apron yang juga bisa sebagai mantel, atau sebagai rompi. Jadi kalau Anda nggak nyusuin lagi pun, si apron masih bisa bermanfaat. Kayak apron yang saya pakai di foto ini, bisa jadi bolero keren juga. Asyiik..

Anyway, menyusui bukan kewajiban ibu lho. Tapi menyusu adalah hak anak. Kalau Jemaah punya tips lain dalam memilih apron menyusui, bagi-bagi dong yaa..
http://laurentina.wordpress.com
http://georgetterox.blogspot.com